Jika kamu berjalan-jalan santai di sudut-sudut kota Denpasar, menyusuri gang-gang di Kuta, atau bahkan blusukan ke daerah Bangli akhir-akhir ini, kamu pasti akan menemukan sebuah pemandangan artistik yang luar biasa: galeri seni instalasi modern di sepanjang jalan.
Bukan, itu bukan proyek dari dinas pariwisata. Itu adalah botol-botol air mineral bekas yang diisi dengan cairan berwarna merah menyala, berjejer rapi bagai prajurit yang siap menghadang musuh. Musuh bebuyutan mereka? Anjing yang kebelet buang hajat.
Inilah fenomena cairan merah pengusir anjing di Bali, sebuah teknologi kearifan lokal yang penyebarannya lebih cepat dari gosip tetangga di grup WhatsApp.

Fenomena Cairan Merah Pengusir Anjing: Ketika Denpasar Berubah Jadi Pameran Seni Abstrak
Konon katanya, menurut “ilmu awag-awag” yang diwariskan dari mulut ke mulut, seekor anjing akan berpikir dua kali, bahkan lari terbirit-birit, saat melihat botol berisi cairan merah ini. Logikanya? Entahlah. Mungkin para anjing di Bali punya trauma masa kecil dengan Sirup Marjan atau mereka pikir itu adalah darah musuh bebuyutannya, yaitu kucing oren.
Warga dengan penuh keyakinan menempatkan “senjata biologis” ini di depan gerbang, di pojok taman, dan di setiap area yang berpotensi menjadi “tempat pendaratan darurat” bagi para anabul. Sebuah pemandangan yang membuat kita bertanya-tanya, apakah ini solusi jenius atau kita semua sedang di-prank oleh seekor anjing yang menahan tawa di seberang jalan?
Ilmu Pengetahuan vs Ilmu ‘Katanya’: Anjing Itu Buta Warna Merah, Bro!
Sekarang, mari kita undang sains ke dalam obrolan ini. Maaf sekali harus merusak pesta dan fantasi indah ini, tapi… anjing itu buta warna merah-hijau.
Ya, benar. Dunia di mata anjing itu tidak se-Instagrammable yang kita kira. Mereka memiliki penglihatan dikromatik. Warna merah yang bagi kita terlihat menyala seperti lampu rem darurat, bagi seekor anjing kemungkinan besar hanya terlihat seperti noda kuning kecoklatan atau abu-abu kusam.
Jadi, ketakutan anjing pada botol merah ini secara ilmiah sama masuk akalnya dengan manusia takut pada suara semut berbaris. Tidak ada dasarnya. Anjing yang batal buang air di depan botol merah itu mungkin bukan karena takut, tapi karena dia melihat kamu sedang mengintip dari jendela dengan tatapan penuh penghakiman. Atau, ya simpel saja, dia tidak jadi kebelet.
Jadi, Kenapa Beberapa Orang Merasa Cairan Merah Pengusir Anjing Berhasil?
Ini yang disebut “efek plasebo” versi penjaga gerbang. Mungkin, setelah meletakkan botol itu, kebetulan saja selama tiga hari tidak ada anjing yang lewat. Voila! Terbukti ampuh! Padahal, bisa jadi anjing-anjing di komplek sedang mengadakan arisan di Banjar sebelah.
Keyakinan ini adalah bukti betapa kuatnya harapan manusia untuk menemukan solusi mudah atas masalah yang menyebalkan, seperti membersihkan “ranjau darat” di depan rumah setiap pagi.
Solusi Alternatif yang (Mungkin) Lebih Manjur Daripada Main Rasa-Rasanya
Daripada kita terus berinvestasi pada air dan pewarna kue, ada beberapa cara yang lebih logis dan didukung oleh sains (dan akal sehat) untuk mengatasi masalah ini:
- Semprotan Beraroma: Anjing sangat mengandalkan penciuman. Gunakan semprotan dengan aroma yang tidak mereka sukai seperti cuka, jeruk, atau cairan pembersih beraroma pinus di area terlarang.
- Taburan Lada atau Kopi: Menaburkan sedikit lada hitam atau ampas kopi di area tersebut bisa membuat hidung mereka tidak nyaman. Jauh lebih efektif daripada menakut-nakuti mereka dengan warna yang bahkan tidak bisa mereka lihat.
- Edukasi Pemilik Anjing: Ini yang paling penting. Mari kita sama-sama menjadi pemilik hewan yang bertanggung jawab. Kalau bawa anjing jalan-jalan, bawa juga kantong plastik. Anggap saja itu latihan memungut kenangan mantan.
Sebuah Mitos yang Terlalu Indah untuk Ditinggalkan
Pada akhirnya, fenomena cairan merah pengusir anjing di Bali ini adalah sebuah komedi sosial yang menggemaskan. Ia menunjukkan betapa kreatifnya manusia dalam mencari solusi, meskipun solusi itu lebih berakar pada mitos daripada fakta.
Jadi, lain kali kamu melihat deretan botol merah ini di jalanan Pulau Dewata, tersenyumlah. Anggap saja itu sebagai pengingat bahwa kadang, kepercayaan bisa lebih kuat dari bukti ilmiah. Dan bagi para anjing… selamat! Kalian baru saja membodohi satu spesies dominan di planet ini dengan ketidaktahuan mereka tentang biologimu. Cerdas!