Di tengah lautan tren spiritualitas instan, gelang Tridatu muncul sebagai primadona. Tiga untai benang yang konon sakral kini menjadi aksesori wajib, setara dengan tote bag dan kopi susu kekinian. Hal ini memicu pertanyaan eksistensial paling penting bagi para pelancong dan kaum urban: “Bolehkah kita yang KTP-nya bukan Hindu ini ikutan pakai gelang hits tersebut?”
Jawabannya rumit, melibatkan kasta gelang dan seberapa besar hasratmu untuk terlihat ‘menghargai budaya’. Mari kita bedah bersama.
Sejarah Singkat: Asuransi Gaib Edisi Jadul
Konon katanya, zaman dahulu kala, ada penguasa sakti di Nusa Penida bernama Ratu Gede Mecaling yang hobi menebar bala. Nah, untuk membedakan mana warga baik-baik yang taat aturan dan mana yang bukan, diciptakanlah gelang ini. Anggap saja ini semacam ID card spiritual pertama di dunia. Pakai ini, konon kamu aman dari gangguan rencang-nya.
Hebatnya lagi, solusi mistis dari abad ke-14 ini ternyata masih relevan untuk masalah abad ke-21. Stres karena kerjaan? Putus cinta? Takut kena energi negatif dari tetangga yang suka julid? Tenang, cukup lilitkan tiga benang ini di tangan. Masalah memang tidak selesai, tapi setidaknya pergelangan tangan kamu jadi lebih estetis.
Makna Tiga Warna: Cheat Sheet Keseimbangan Alam Semesta
Inilah bagian yang paling disukai semua orang, karena kedengarannya sangat dalam dan filosofis. Siap-siap catat untuk caption Instagram kamu:
- Merah (Brahma): Simbol penciptaan dan semangat. Cocok dipakai saat kamu butuh semangat untuk meeting hari Senin atau saat menciptakan alasan kenapa belum mengerjakan tugas.
- Hitam (Wisnu): Simbol pemeliharaan dan perlindungan. Energi pelindungnya akan sangat terasa saat kamu terjebak macet total di jalanan Canggu, melindungi kamu dari godaan membanting setir.
- Putih (Siwa): Simbol peleburan dan kesucian. Benang ini akan mengingatkan kamu untuk melebur semua kenangan pahit bersama mantan, atau setidaknya melebur gaji di tanggal muda.
Jadi, saat kamu menyeruput kopi susu kekinian, ingatlah bahwa di pergelangan tangan kamu melingkar simbol penciptaan, pemeliharaan, dan kehancuran alam semesta. Sangat mendalam, bukan?
Pahami Kasta Gelangmu
Sebelum melingkarkan benang ini di tangan, kamu harus tahu bahwa tidak semua Tridatu diciptakan setara. Ada hierarkinya.
- Kasta Brahmana: Gelang Edisi ‘Original’ dari Pura. Ini adalah versi VIP, limited edition, yang didapat setelah prosesi doa dan sudah di-charge penuh dengan energi kosmik (dipasupati). Gelang ini ibarat tiket backstage ke alam spiritual. Aturan mainnya jelas: members only. Kalau kamu nekat pakai yang ini padahal cuma ikut teman demi konten, siap-siap saja kena karma-by-proxy atau setidaknya tatapan sinis dari semesta.
- Kasta Sudra: Gelang Edisi Pasar Seni. Ini versi publik, freemium, yang diberkati oleh dewa perdagangan dan diproduksi massal untuk menenangkan jiwa-jiwa kapitalis. Kekuatan utamanya adalah membuat dompetmu sedikit lebih ringan dan fotomu 10% lebih otentik. Inilah gelang yang ‘boleh’ kamu pakai. Anggap saja ini lisensi gratis untuk mencicipi spiritualitas tanpa harus membaca terms and conditions.
Perspektif Umat Hindu: Toleransi yang Disertai Harapan
Secara umum, masyarakat Hindu di Bali sangat terbuka dan toleran. Banyak yang tidak keberatan, bahkan merasa senang, ketika melihat wisatawan atau masyarakat non-Hindu mengenakan gelang Tridatu sebagai bentuk apresiasi terhadap budaya Bali.
Namun, yang menjadi perhatian utama bukanlah siapa yang memakai, melainkan bagaimana cara memakainya. Keprihatinan muncul ketika gelang ini diperlakukan tanpa rasa hormat, misalnya:
- Dipakai di kaki sebagai gelang kaki.
- Digunakan sebagai gantungan kunci atau hiasan tas.
- Dibiarkan kotor dan tidak terawat.
Tindakan-tindakan tersebut dianggap merendahkan nilai filosofis yang terkandung di dalam gelang Tridatu, meskipun yang dikenakan adalah versi suvenir.
Etika Mengenakan Gelang Tridatu bagi Non-Hindu
Jika kamu seorang non-Hindu dan ingin mengenakan gelang Tridatu, hal tersebut adalah bentuk apresiasi yang baik, selama diiringi dengan etika dan penghormatan. Berikut adalah beberapa panduan tak tertulis yang sebaiknya diikuti:
- Kenali Niatnya: Kenakan dengan niat untuk menghargai budaya Bali, bukan sekadar ikut-ikutan tren tanpa tahu maknanya.
- Pakai di Tangan Kanan: Sesuai tradisi, gelang ini dikenakan di pergelangan tangan kanan. Tangan kanan dianggap sebagai simbol untuk melakukan hal-hal baik (dharma).
- Jaga Kebersihannya: Rawat gelang tersebut sebagai barang pribadi yang berharga.
- Pahami Maknanya: Mengetahui bahwa tiga warna itu melambangkan Trimurti (Pencipta, Pemelihara, Pelebur) dan siklus kehidupan akan memberimu pemahaman yang lebih dalam.
Kesimpulan: Boleh, Asalkan Penuh Rasa Hormat
Jadi, menjawab pertanyaan utama: Ya, non-Hindu boleh memakai gelang Tridatu, spesifiknya gelang yang dijual sebagai suvenir atau produk budaya.
Izin ini datang dengan sebuah tanggung jawab moral untuk menghargai makna dan asal-usulnya. Dengan memakainya secara benar dan sopan, kamu tidak hanya membawa sepotong keindahan Bali, tetapi juga turut serta dalam merayakan toleransi dan kekayaan budaya Nusantara. Pada akhirnya, gelang Tridatu di tangan seorang non-Hindu bisa menjadi jembatan pemahaman budaya, bukan sekadar aksesori tanpa jiwa.