ORASI

Nikah di Bali Mahal? Ini 7 Biaya Siluman yang Bikin Kantong Jebol

Bicara soal pernikahan adat Bali, kalimat pertama yang sering muncul setelah “selamat ya” adalah “wah, habis berapa?”. Stigma nikah di Bali mahal sudah begitu melekat, seolah setiap pasangan harus siap menggadaikan sertifikat tanah demi sebuah resepsi. Angka di RAB (Rencana Anggaran Biaya) seringkali lebih horor dari tagihan pinjol.

Tapi, pernahkah kamu berhenti sejenak dan bertanya: benarkah adatnya yang membuat nikah di Bali mahal?

Setelah dibedah lebih dalam, ternyata jawaban singkatnya: tidak. Biaya yang membengkak seringkali datang dari daftar panjang “ritual modern” yang anehnya dianggap wajib, padahal sama sekali bukan bagian dari inti upacara Pawiwahan yang sakral.

Mari kita bongkar mana ritual adat yang sebenarnya terjangkau dan mana ritual “bakar uang” yang jadi kambing hitamnya.

Inti Pernikahan Adat Bali: Ritual Sakral yang Sebenarnya Murah

Banyak yang kaget saat tahu bahwa untuk sah secara adat, biayanya sangat fleksibel. Inilah pilar utama yang sebenarnya tidak akan membuat kamu auto-miskin:

  1. Upakara & Banten (Sesajen): Ini adalah jantungnya. Biayanya bisa disesuaikan dengan kemampuan lewat skala upacara (Nista, Madya, Utama). Hebatnya, tradisi gotong royong atau mejejaitan bersama keluarga dan tetangga memangkas biaya ini secara drastis.
  2. Restu Pemuka Agama: Kehadiran seorang Pemangku atau Sulinggih adalah keharusan. Namun, balas jasanya berupa sesari atau punia (donasi tulus), bukan tarif komersial yang dipatok harga.
  3. Busana Adat & Jamuan Sederhana: Kewajibannya adalah berpakaian sopan dan pantas, serta menjamu keluarga dan mereka yang membantu. Tradisi mebat (masak bersama) jauh lebih hemat dan penuh kebersamaan dibanding menyewa katering.

Lihat? Tiga pilar utama ini sangat manusiawi dan tidak dirancang untuk membuatmu sengsara. Jadi, kenapa isu nikah di Bali mahal terus beredar? Jawabannya ada di bawah ini.

Daftar “Ritual Bakar Uang” yang Membuat Nikah di Bali Mahal

Inilah daftar pengeluaran yang sebenarnya menjadi penyebab utama kenapa biaya pernikahan melambung tinggi. Ini bukan adat, ini adalah cabang olahraga baru bernama “Gengsi Sosial”.

  1. Ritual Pemujaan Instagram (Pre-wedding): Biaya untuk fotografer, MUA, sewa lokasi, dan kostum demi konten yang membuktikan cintamu nyata di dunia maya.
  2. Parade Harta Benda (Seserahan): Ajang pamer kemampuan finansial lewat barang-barang branded yang diarak. Semakin mahal isinya, semakin tinggi statusnya.
  3. Pemasangan Aset Berkilau (Tukar Cincin): Momen di mana cinta diukur dalam satuan karat. Semakin besar, semakin “sah” di mata sosialita.
  4. Menyewa Juru Selamat Profesional (Wedding Organizer): Kamu membayar mahal seseorang untuk mengatur kekacauan yang sebenarnya tidak akan ada jika kamu tidak menggelar pesta skala besar.
  5. Proyek Penyeragaman Massal (Seragam Keluarga): Upaya menguras anggaran demi palet warna yang sempurna di foto grup.
  6. Migrasi Akbar ke Habitat Orang Kaya (Resepsi di Hotel): Memindahkan pesta dari rumah ke ballroom hotel adalah cara tercepat untuk melipatgandakan anggaran.
  7. Pembagian Barang Kenangan (Souvenir): Memberi benda kecil yang mahal sebagai “bukti” kemewahan acara kamu.

Yang Mahal Bukan Adatnya, Tapi Gengsinya

Jadi, apakah nikah di Bali mahal? Tentu saja mahal jika kamu mencampuradukkan ritual adat yang sakral dengan daftar panjang ritual gengsi yang sifatnya opsional. Pernikahan adat Bali pada dasarnya adalah perayaan cinta yang penuh kebersamaan.

Sebelum kamu pusing melihat total biaya, coba pilah lagi daftar pengeluaranmu. Tanyakan pada diri sendiri: “Apakah ini benar-benar untuk upacara, atau hanya untuk memuaskan ekspektasi orang lain?”

Keputusan ada di tangan kamu.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *