ORASI

Patung Puputan Badung Udah ‘Glow Up’ Maksimal! Diresmikan Kemarin, Titik Nol Denpasar Punya Cerita Baru

Eh, Guys, akhirnya! Patung Puputan Badung yang ada di jantung kota Denpasar itu udah selesai “disulap”. Proses glow up-nya tuntas, dan resmi diresmikan kemarin (14/11/2025) langsung sama Walikota Denpasar, I Gusti Ngurah Jaya Negara.

Acara peresmiannya pun spesial, bertepatan dengan Rahina Sugihan Bali. Jadi, bukan cuma monumennya yang fresh, tapi juga jadi simbol pusat edukasi sejarah dan kebudayaan baru buat kita semua.

Bukan main-main, proyek revitalisasi yang jalan sejak 14 Maret 2025 ini menghabiskan anggaran sekitar Rp 11,66 miliar. Jelas bukan proyek kaleng-kaleng!

Bukan Cuma Dipermak, tapi Dikasih ‘Nyawa’ Baru

Yang bikin proyek ini makin seru adalah keterlibatan seniman keren, Marmar Herayukti, sebagai konseptor penataannya. Buat yang mungkin belum tahu, Marmar ini adalah seniman visual, pematung, dan tattoo artist top asal Denpasar yang dikenal banget di kalangan anak muda, terutama lewat karya-karya ogoh-ogohnya yang fenomenal dan sering pakai bahan ramah lingkungan.

Sesuai janjinya, ini bukan sekadar ngecat ulang. Yang paling epik adalah diorama di bagian bawah patung (pedestal, cuy!).

Diorama ini—sekarang terbuat dari relief kuningan yang keren—memvisualkan cerita heroik Perang Puputan Badung. Jadi, kita sebagai pengunjung nggak cuma lihat patung yang gagah doang, tapi bisa langsung ngeh dan ngerasaain gimana semangat dan tragedi sejarah di baliknya. Biar makin meresap ke hati!

Marmar bilang, Patung Puputan Badung ini adalah ‘titik nol’ Denpasar. Tapi, ini bukan titik nol biasa yang cuma buat ngukur jarak.

“Ini bukan hanya tentang bentuk fisik patung. Ini tentang semangat perlawanan, tentang identitas kita sebagai orang Bali. Titik nol bukan sekadar penanda jarak, tapi penanda arah bagi generasi,” kata Marmar.

Gampangnya, patung ini kayak kompas moral buat kita semua. Keren, kan?

Patung yang Bisa “Ngobrol” Sama Anak Muda

Marmar juga sharing kegelisahannya. Menurutnya, karya seni publik kayak patung ini harus bisa “bicara” sama anak muda zaman now. Jangan sampai cuma jadi benda mati yang dilewatin sambil main HP, tanpa tahu maknanya.

Revitalisasi ini murni buat melestarikan sejarah. Dan sekarang, setelah diresmikan, wajah baru patung ini diharapkan jadi momen kita buat refleksi.

“Ini saatnya kita berhenti sejenak, melihat ke belakang, dan belajar. Karena tak ada masa depan yang kuat tanpa fondasi sejarah yang kokoh,” tutup Marmar. Deep banget, Bro!

Jadi, Apa Sih Arti Patung Ini Sebenarnya?

Singkatnya: keberanian untuk nggak diam aja.

Puputan itu bukan sekadar nekat mati-matian ngelawan Belanda. Ini adalah simbol keberanian buat mempertahankan nilai-nilai yang kita yakini. Spirit-nya itu bukan soal gagah-gagahan, tapi soal kesediaan kita buat berkorban demi sesuatu yang lebih besar dari diri kita sendiri.

Makanya, setiap lekuk tubuh, sorot mata, bahkan arah pandang tokoh-tokoh di patung itu (yang sekarang menghadap ke Utara!) dirancang biar bisa “ngomong”.

“Kami ingin patung ini bisa ‘ngomong’ kepada yang melihat. Kalau dia bisa bersuara, dia akan bilang: Jangan lupa dari mana kau berasal, dan jangan takut untuk terus berdiri,” kata Marmar.

Ngerjainnya juga penuh tantangan. Namanya juga di ruang publik, harus berhadapan sama cuaca, deadline, sampai ekspektasi masyarakat. Materialnya pun dipilih perunggu, biar detail emosinya “dapet” dan pastinya tahan banting sama perubahan zaman. Oh iya, sekarang areanya juga ramah disabilitas, lho!

Harapan Buat Kita-Kita

Yang asyik, proyek ini nggak egois. Marmar dan timnya ngajak komunitas dan pihak lain buat diskusi. “Saya seniman, tapi karya ini milik kota,” ujarnya. Jadi, suara masyarakat didengerin, tapi ruh perjuangannya tetap jadi pondasi utama.

Terus, apa harapan Marmar buat generasi muda yang tiap hari bakal lihat patung ini?

Jawabannya bikin mikir: “Saya ingin mereka tahu bahwa kota ini lahir dari keberanian. Bukan cuma keberanian untuk melawan penjajah, tapi juga keberanian untuk bermimpi, untuk bertanya, untuk jujur, untuk beda pendapat.”

Pada akhirnya, seni publik itu bukan cuma dekorasi kota. Itu adalah sebuah statement. Dan karya yang satu ini jelas statement-nya kuat banget!

Gimana, udah pada mampir lihat wajah barunya belum?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *