Di antara banyak desa di Bali, Tenganan Pegringsingan adalah tempat yang istimewa. Sebuah desa Bali Aga yang, entah bagaimana, memutuskan bahwa aturan kuno mereka jauh lebih menarik daripada drama modern. Dan salah satu aturan paling “menghibur” yang mereka pertahankan dengan sangat serius adalah larangan mutlak terhadap poligami.
Bagi sebagian orang, memiliki lebih dari satu pasangan mungkin adalah pencapaian hidup. Namun di Tenganan, itu adalah cara tercepat untuk melakukan delete sosial pada diri sendiri.
Obsesi Aneh Bernama Kesetaraan
Entah apa yang ada di pikiran leluhur mereka, masyarakat Tenganan sangat memegang teguh awig-awig (hukum adat) yang melarang keras seorang pria memiliki istri lebih dari satu. Mereka tampaknya sangat serius dengan konsep “menghormati perempuan” dan “kesetaraan”, dua hal yang di tempat lain mungkin bisa dinegosiasikan.
Di Tenganan, tidak ada ruang abu-abu. Tidak ada formulir “izin istri kedua” yang harus diisi. Jawabannya hanya “Tidak”. Jika kamu bertanya “Bagaimana jika…”, jawabannya tetap “Tidak”.
Sanksi Ringan jika Poligami di Tenganan: Kamu Cuma Kehilangan Segalanya
Inilah bagian terbaiknya. Jika seorang krama (warga) Tenganan nekat melanggar aturan suci ini, apa yang akan terjadi?
Jangan khawatir, mereka tidak akan diusir. Mereka tidak akan dihukum secara fisik. Masyarakat Tenganan terlalu beradab untuk hal-hal seperti itu. Mereka hanya akan memberikan “promosi” status.
Pelaku akan dicopot dari status terhormatnya sebagai Krama Desa (warga penuh adat) dan diturunkan statusnya menjadi Krama Gumi Pulangan.
Kedengarannya tidak terlalu buruk kan kalau mau Poligami di Tenganan? Mari kita lihat apa artinya.
Menjadi Krama Gumi Pulangan pada dasarnya berarti kamu secara teknis masih diizinkan tinggal di desa, tetapi secara adat, sudah tidak dianggap ada.
Kamu tidak lagi memiliki hak suara dalam sangkepan (rapat adat). Pendapat kamu tidak lagi bernilai. Kamu dilarang keras mengikuti ritual-ritual penting desa. Hak kamu atas tanah dan aset komunal desa? Lupakan saja.
Kamu sukses menambah jumlah istri di rumah, namun di saat yang sama, Kamu sukses mengurangi jumlah hak kamu di desa menjadi nol.
Kamu menjadi sosok yang ada tapi tiada. Bisa berjalan-jalan di desa, tapi bagi sistem adat, kamu hanyalah seseorang yang kebetulan sedang menumpang tinggal.
Kesimpulan
Jadi, jika kamu memiliki impian untuk memperluas rumah tangga, Tenganan bukanlah tempat untuk mewujudkannya. Ini adalah tempat di mana kesetiaan adalah satu-satunya pilihan, bukan karena moralitas romantis, tetapi karena sanksi sosialnya sangat efisien.
Di Tenganan, kamu bebas memilih: punya satu istri dan hidup sebagai warga terhormat, atau punya banyak istri dan menikmati sisa hidup mu sebagai bayangan.