Baru-baru ini, sebuah berita menegaskan apa yang akan terjadi. Dengan judul “Awas! Produk Tanpa Sertifikat Halal Dikategorikan Ilegal Mulai 2026,” pemberitaan ini mengingatkan bahwa sebuah aturan besar akan segera diterapkan secara penuh.
Aturannya sederhana: semua makanan dan minuman harus memiliki status yang jelas. Jika halal, akan ada sertifikat resminya. Jika tidak halal, harus dipasangi label keterangan. Tujuannya baik, yaitu agar semua orang bisa makan dengan aman dan nyaman tanpa keraguan. Namun, karena ini Bali, penerapan ide tersebut di lapangan sepertinya akan menimbulkan banyak situasi unik.
Kenyataan di Balik Aturan: Dari Restoran Mewah ke Pasar Tradisional
Coba kita bayangkan bagaimana seorang petugas ditugaskan untuk memastikan aturan wajib halal ini berjalan.
Pada hari pertama, tugasnya mungkin mudah: memeriksa restoran besar di Seminyak. Semua dokumen tersedia, dapurnya bersih, dan pengelolanya mudah ditemui. Pekerjaan selesai dengan cepat.
Pada hari kedua, tugasnya menjadi lebih rumit. Petugas harus pergi ke pasar tradisional di Gianyar untuk memeriksa status jajanan pasar. Dia harus menemukan pembuat kue laklak untuk menanyakan tentang sertifikasi adonannya. Tentu saja, pembuatnya adalah pedagang perorangan yang sedang sibuk melayani pembeli, bukan sebuah perusahaan formal.
Pada hari ketiga, tugas yang paling sulit: melacak gerobak bakso yang rutenya selalu berpindah-pindah dan tidak menentu, hanya untuk memastikan stiker keterangannya sudah terpasang. Pekerjaan ini jelas membutuhkan kemampuan melacak, kesabaran, dan negosiasi yang tinggi, bukan sekadar pengetahuan regulasi.
Kreativitas di Tengah Aturan
Kita semua tahu bahwa di Indonesia, sering muncul solusi-solusi kreatif untuk situasi yang rumit, seperti aturan wajib halal ini. Sepertinya, kreativitas inilah yang akan banyak terlihat pada 2026 nanti.
Bukan tentang hal negatif, tetapi lebih kepada inovasi yang muncul dari situasi yang sedikit merepotkan. Mungkin nanti akan ada “jasa pengurusan stiker” atau “paket konsultasi untuk bumbu rumahan”. Ini adalah bentuk adaptasi yang bisa saja lahir dari sebuah peraturan baru.
Jadi, Bagaimana Pengalaman Liburan Nanti?
Tenang saja. Babi guling akan tetap lezat. Sate lilit akan tetap menggoda. Dan es kelapa di pantai akan tetap menyegarkan. Karakteristik kuliner Bali tidak akan berubah.
Perbedaannya, pengalaman kuliner kita akan memiliki satu langkah tambahan. Selain mencari warung terenak berdasarkan rekomendasi, kita mungkin juga akan lebih memperhatikan stiker atau sertifikat yang terpasang di tempat makan.
Anggap saja ini adalah satu prosedur baru dalam petualangan kuliner di Bali. Mungkin ada sedikit birokrasi dan situasi lucu di baliknya, tapi rasa makanannya akan tetap juara. Selamat menikmati petualangan kuliner di Bali dengan babak barunya!